🏒 Pakaian Adat Sumba Timur
Beritadan foto terbaru Kabupaten Sumba Timur - Ribut soal Uang Hilang dengan Suami, Ibu Empat Anak asal NTT Kabur dari Rumah Selama 3 Bulan
TradisiMa’nene merupakan cara masyarakat Toraja menghormati para leluhur. Menurut mereka, roh mereka tidak pernah meninggalkan keluarga. Maka dari itu, mereka punya tradisi untuk mendandani dan mengganti pakaian untuk dibawa pulang ke rumah. Biasanya Ma'nene dilakukan setelah panen besar pada Agustus.
WAINGAPU VICTORY NEWS-Makam Megalitik di Kampung Adat Praiawang, Desa Rende, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur, NTT, saat ini selalu dikunjungi wisatawan.. Hampir setiap hari selalu ada wisatawan lokal maupun dari luar Sumba yang menyambangi kampung adat tersebut. Demikian dikatakan Rambu Mondu, penghuni Uma
Berbicaratentang Sumba Timur memang tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan dan adat istiadatnya yang masih bertahan. Bagi Anda yang ingin menyelami lebih dalam beberapa desa adat di Sumba Timur, Anda tidak perlu khawatir. Pasalnya disini masih banyak desa adat dengan keramahan masyarakat yang akan menyambut hangat kedatangan Anda.
BahasaHawu atau L Hawu adalah sebuah bahasa yang digunakan suku Sabu. Penuturnya terdapat di Kota Kupang, Kabupaten Ende, Pulau Sawu, Pulau Raijua, Pulau Sumba khususnya Kabupaten Sumba Timur. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia dengan sub-rumpun Melayu-Polinesia Tengah. Bahasa Hawu. Apa Nama Ibukota Kabupaten
DiSumba Barat dan Sumba Timur , mengalami perbedaan keyakinan terhadap adat akibat dari pengaruh moderenisasi. Namun, di Kabupaten Sumba Timur terjadi pergeseran terutama kaum mudanya. Beberapa dari mereka sudah mulai terpengaruh dari segi berpakaian dan mereka mulai lupa pada bahasa ibunya sendiri.
Pakaianadat Poso terbuat dari kain kulit kayu yang dilukis tangan Sumber: buletintekstil.com. Narasumber kedua adalah Kornelis Ndapakamang, seorang maestro tenun dari Sumba Timur yang karya-karyanya kini banyak digemari oleh pemerhati wastra Indonesia dan manca negara. Ia mulai menggeluti tenun Sumba sejak tahun 1994.
Mulaidari Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, sampai yang paling jauh yaitu Sumba Timur. Sudah cukup banyak tempat wisata yang saya kunjungi disini. Malahan, saya sudah mengunjungi tempat-tempat yang bahkan orang asli sini pun belum pernah datangi. And let me tell you something, I am proud to say that Sumba is a Paradise.
Corakpakaian adat ini memenuhi pemandangan dan itulah pesona tak ternilai dari Sumba Tengah pada pembukaan sidang MPL PGI. Pada acara pembukaan ada tarian masal melibatkan 150 penari SD, SMP hingga SMA se-Kota Waibakul, Kabupaten SumbaTengah dipentaskan di halaman depan gedung serba guna menambah semarak acara pembukaan
38BUm4f. Kain Tenun Khas Sumba Barat Daya – Indonesia merupakan negara yang memiliki begitu banyak keberagaman. Tidak hanya suku dan bahasa, berbagai macam kain tenun pun memiliki keunikan tersendiri di masing-masing daerahnya. Begitu Pula Di Kawasan Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nah Di Pulau Sumba Khususnya Dikawasan Sumba Barat Daya Juga Memiliki Motif Kain Tenun Yang Berbeda Dengan Daerah Sumba Lainnya. Kain Tenun Khas Sumba Barat Daya Juga Punya Pola Dan Corak Serta Warna Yang Bisa Dibedakan Dengan Kain Tenun Sumba Timur, kain tenun Sumba Tengah Ataupun kain tenun Sumba Barat. Kain Tenun Sumba Kain Tenun Khas Sumba Barat Daya – Sumber twitter/awkarin Indonesia memiliki beragam kain tenun khas daerah masing-masing. Salah satu kain tenun yang sangat khas berasal dari Nusa Tenggara Timur khususnya Pulau Sumba. Proses pembuatan Kain Sumba cukup rumit dan memakan waktu yang lama. Sehelai Kain Sumba bisa menghabiskan enam bulan bahkan tiga tahun waktu pengerjaan. Karena hal ini, tidak heran jika satu helai Kain Sumba bisa dibanderol hingga seharga 1,5 bahkan puluhan juta rupiah. Kain Tenun Sumba Sebagai Simbol Cinta dan Tanda Hormat Sumber Bagi masyarakat Sumba, peran kain tenun begitu penting. Wanita muda diajari menenun sejak akil balik oleh ibu dan nenek mereka. Tujuan awal dari membuat kain adalah sebagai simbol cinta dan tanda hormat kepada suami. Masyarakat Sumba akan memakai kain tenun kebanggaan mereka ketika ada acara kumpul bersama. Bahkan ketika berpulang pun jasadnya akan ditutup oleh kain tenun. Menurut kepercayaan masyarakat Sumba Timur, jenazah biasanya akan disimpan sampai beberapa bulan sebelum dikuburkan. Dengan adanya kain tenun sebagai penutup ini dipercaya mampu menjadi pengawet alami bagi jenazah tersebut sehingga tidak akan mudah membusuk. Semakin tinggi kedudukan yang meninggal maka semakin banyak pula kain yang dililitkan pada jasadnya. Baca juga uniknya Jenis Kain Tenun Tambolaka Sumba Barat Daya Dan Proses Pembuatannya daftar Desa Adat Di Sumba Barat Daya Yang Masih Terjaga Perbedaan Pemakaian Kain Tenun Bagi Laki-laki dan Perempuan Sumber Terdapat perbedaan jenis kain tenun untuk laki-laki dan perempuan. Para laki-laki mengenakan busana berupa kain lebar yang dililitkan di pinggang bagian luar celana pendek serta selempang kain dan ikat kepala yang biasa disebut kapouta dari kain maupun selendang kulit kayu. Sedangkan para perempuan mengenakan sarung yang terbuat dari kain tenun dengan dijahit bersusun, dilengkapi hiasan kepala berbentuk tanduk kerbau yang disebut Tabelo, serta kalung dengan manik-manik anahhida berwarna jingga dengan liontin dan anting-anting berbentuk mamuli. Pewarnaan Menggunakan Bahan-Bahan Alami proses pembuatan Kain Tenun Khas Sumba Barat Daya – Sumber Pewarnaan pada Kain Sumba masih menggunakan pewarna alami, bukan pewarna sintetis seperti yang digunakan di pabrik. Seperti contohnya akar mengkudu untuk mendapatkan warna merah, kayu untuk warna kuning, lumpur sebagai warna coklat, dan lain-lain. Setiap penenun memiliki resep khusus dalam pewarnaan, karena itu merupakan ciri dan keunikan dari kain yang dihasilkan. Perbedaan Khas Kain Tenun Masing-Masing Daerah di Sumba Sumber Pesona Indonesia Selama ini Kain Tenun Sumba yang paling terkenal berasal dari Sumba Barat dan Sumba Timur. Kain tenun Sumba Barat memiliki corak yang khas dengan motif statis dan sederhana seperti garis-garis, bentuk geometris, bunga serta tumbuhan. Sedangkan motif kain Sumba Timur lebih kental dengan gambar makhluk hidup yang dinamis seperti singa, rusa, kuda, burung, dan lain-lain. Keunikan Kain Tenun Khas Sumba Barat Daya Kain Tenun Khas Sumba Barat Daya – Sumber Lain lagi dengan Sumba Barat Daya, daerah ini memiliki tiga jenis kain tenun antara lain Tenun Ikat Makete, Tenun Songket Lambaleko, dan Tenun Sulam Humbi/Lumbi. Di Kabupaten Sumba Barat Daya terdapat tiga suku besar yang masih aktif menenun, yaitu Loura, Kodi, dan Wewewa. Ketiga suku ini memiliki kekhasan corak masing-masing dan kecenderungan warna yang berbeda. Seperti contohnya kain tenun di Suku Kodi dominan warna hitam, sedangkan di Suku Loura dan Wewewa cenderung berwarna-warni. Motif khas kain tenun Sumba Barat Daya menggunakan corak ragam mamuli yang merupakan simbol kemurnian dan kesuburan. Selain itu kain tenun khas Sumba Barat Daya juga banyak menggunakan gambar Uma Kalada atau rumah besar khas bangunan tradisional dengan atap menara. Keunggulan dari kain tenun daerah ini adalah masyarakatnya yang masih menggunakan kapas pintal sebagai bahan baku utama. Saat ini kain tenun khas Sumba Barat Daya makin populer. Tidak hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia saja namun hingga ke mancanegara. Bahkan tidak sedikit bermunculan home industry yang menjual kain Sumba dan menjadi penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar.
Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur Lengkap, Gambar dan Penjelasannya - Secara umum pakaian adat Nusa Tenggara Timur menonjol pada perangkat kain-kain tenunnya yang khas. Selain itu, kekhasan pakaian adat Nusa Tenggara Timur terlihat pula pada perhaisan perlengkapan pakaian dari logam, bulu unggas, dan kain-kain batik yang ditampilkan dengan cara-cara yang unik. Dari keanekaragaman pakaian adat yang memiliki perbedaan latar belakang, dipaparkan tiga gaya yang dianggap dapat mewakili citra daerah ini, yaitu pakaian adat suku bangsa Sikka dari Flores, suku bangsa Sumba dari Sumba Timur, dan suku bangsa Amarasi dari Kabupaten Kupang , Timor. Pakaian Adat Suku Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur Masyarakat Sikka atau suku bangsa Sikka, mendiami daerah Kab. Sikka di Pulau Flores dengan kota terbesar Maumere. Kebudayaan masyarakat Sikka banyak dipengaruhi oleh budaya asing, seperti Bugis, Cina, Portugis, Belanda, Arab, dan India. Pengaruh Portugis dan Belanda tampak pada tata busana barat yang dewasa ini sudah menjadi pakaian sehari-hari. Pengaruh India muncul pada hasil tenunan, yaitu pada pembagian bidang-bidang dan corak yang diilhami oleh kain patola. Meskipun demikian, masyarakat Sikka tetap dapat mempertahankan ungkapan budaya tradisionalnya lewat pakaian serta tata riasnya. Sumber Selayang Pandang Nusa Tenggara Timur Gandes Cukat Permaty, S. Pd Pakaian tradisional pria secara umum terdiri atas penutup badan dan penutup kepala. Penutup badan terdiri atas labu bertangan panjang, biasanya berwarna putih mirip kemeja gaya barat. Selembar lensu sembar diselendangkan pada dada, bercorak flora atau fauna dalam teknik ikat lungsi. Pada bagian pinggang dikenakan utan atau utan werung, yaitu sejenis sarung berwarna gelap, bergaris biru melintang. Tata warna kain Sikka umumnya tampil dalam nada-nadan gelap seperti hitam atau biru tua dengan ragi yang lebih cerah berwarna putih, kuning atau merah. Istilah untuk sarung selain utan adalah lipa. Destar adalah tutup kepala pria yang terbuat dari kain batik soga dan dikenakan dengan pola ikatan tertentu sehingga ujung-ujungnya turun menempel pada kedua sisi wajah dekat telinga. Pakaian Adat wanita terdiri atas penutup badan berupa labuliman berun, berbentuk mirip kemeja berlengan panjang. Labu ini biasanya terbuat dari sutra dan kain yang bagus mutunya. Model labu ini terbuka sedikit pada pangkal leher guna memudahkan pemakaian. Di atas labu dikenakan dong, sejenis selendang yang diselempangkan melintang dada. Selain itu, kaum wanita juga memakai sarung wanita, utan lewak, dihias dengan ragam flora dan fauna dalam lajur-lajur garis. Utan lewak adalah kain tiga lembar, berwarna dasar gelap dengan paduan antara warna merah, cokelat, putih, biru, dan kuning secara melintang. Warna-warna tersebut melambangkan berbagai suasana hati atau kekuatan-kekuatan magis. Misalnya hitam untuk melayat, merah, cokelat melambangkan keagungan dan status sosial yang tinggi. Cara mengenakan utan adalah dengan menyampirkan sebagian pinggir kain di atas bahu dengan melintangkan tangan kanan di bawah dada seperti hendak menjepit kain. Hiasan kepala tersemat pada sanggul atau konde dalam bentuk tusuk konde. Tusuk konde biasanya terbuat dari ukiran keemasan. Pada pergelangan tengan dipakai kalar yang terbuat dari gading dan perak. Penggunaannya disesuaikan dengan suasana peristiwa seperti upacara-upacara atau pesta-pesta adat. Jumla kalar gading dan perak biasanya genap, yaitu dua atau empat gading dengan dua perak pada setiap tangan. perhiasan lainnya adalah kila yang tergantung pada telinga. Pakaian Adat Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur Suku bangsa Sumba mendiami Pulau Sumba dan terbagi atas dua Kabupaten, yaitu Sumba Barat dan Sumba Timur. Kepercayaan khas daerah Marapu, setengah leluhur, setengah dewa, masih sangat diyakini masyarakat Sumba asli. Marapu menjadi falsafah dasar bagi berbagai ungkapan budaya Sumba mulai dari upacara adat, rumah-rumah ibadah umaratu, rumah-rumah adat dan tata cara rancang bangunnya. ragam hias ukir-ukiran dan tekstil sampai dengan pembuatan perangkat pakaian seperti kain-kain hinggi dan lau serta perlengkapan perhiasan dan senjata. Sumber Selayang Pandang Nusa Tenggara Timur Gandes Cukat Permaty, S. Pd Di Sumba Timur strata antara kaum bangsawan maramba, pemuka agama kabisu, dan rakyat jelata ata masih berlaku, meskipun tidak setajam dulu. Perbedaan strata sosial ini juga tidak tampak secara nyata pada tata rias dan pakaian adatnya. Perangkat pakaian adat Sumba terletak pada penutup badan berupa lembar-lembar besar kain hinggi untuk pria dan lau untuk wanita. Dari kain-kain hinggi dan lau tersebut mengungkapkan berbagai lambang dalam konteks sosial, ekonomi serta religi suku Sumba. Kain hinggi dan lau tersebut terbuat dalam teknik tenun ikat dan pahikung serta aplikasi muti dan hada. Pakaian adat masyarakat Sumba lebih cenderung ditekankan pada ringkat kepentingan serta suasana lingkungan suatu kejadian daripada hierarki status sosialnya. Pakaian kaum pria sumba terdiri atas bagian-bagian penutup kepala, penutup badan dan sejumlah penunjang lainnya berupa perhiasan dan senjata tajam. Sebagai penutup badan digunakan dua lembar hinggi, yaitu hinggi kombu dan hinggi kowaru. Hinggi kombu dipakai pada pinggul dan diperkuat letaknya dengan sebuah ikat pinggang kulit yang lebar. Hinggi kowaru atau terkadang juga disebut hinggi raukadama digunakan sebagai pelengkap. Di kepala dililitkan tiara patang, sejenis tutup kepala dengan lilitan dan ikatan tertentu yang menampilkan jambul. Jambul ini dapat diletakkan di depan, samping kiri, atau samping kanan sesuai dengan maksud lambangnya. Jambul di depan melambangkan kebijaksanaan dan kemandirian. Hinggi dan tiara terbuat dari tenunan dalam teknik ikat dan pahikung. khusus yang terbuat dengan teknik pahikung disebuttiara pahudu. Hiasan-hiasan yang terdapat pada hinggi dan tiara terutama berkaitan dengan alam lingkungan makhluk hidup. Warna hinggi juga mencerminkan nilai estetis dan status sosial. Hinggi terbaik adalah hinggi kombu kemudian hinggi kowaru, hinggi raukadana, dan terakhir adalah hinggi panda paingu. Pakaian pria Sumba dilengkapi dengan sebilah kabiala yang disisipkan pada kiri ikat pinggang. Pada pergelangan tangan kiri dipakai kanatar dan mutisalak. kabiala adalah lambang kejantanan, sedangkan mutisalak menyatakan kemampuan ekonomi serta tingkat sosial. Secara menyeluruh hiasan dan penunjang pakaian ini merupakan simbol kearifan Ada beberapa kain yang digunakan sebagai pakaian pesta dan upacara wanita Sumba Timur, seperti Lau kowaru, Lau pahudu, Lau mutikau, dan Lau pahudu kiku. Kain-kain tersebut dipakai sebagai sarung setinggi dada lau pahudu kiku dengan bagian bahu tertutup toba huku yang sewarna dengan sarung. Untuk bagian kepala wanita Sumba Timur memakai tiara berwarna polos yang dilengkapi dengan hiduhai dan hai kara. Pada dahi disematkan perhiasan logam emas atau sepuhan yaitu maraga. Kemudian di telinga tergantung mamuli perhiasan berupa kalung-kalung keemasan. Di bagian leher juga dikenakan kalung-kalung keemasan yang menjurai ke bagian dada. Pakaian Adat Amarasi, Timor, Nusa Tenggara Timur Secara administratif Amarasi termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kupang. Meskipun pengaruh-pengaruh asing masuk ke dalam wilayah ini, tetapi masyarakat Amarasi masih memegang tradisi untuk mengungkapkan budaya asli mereka. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bentuk-bentuk kepercayaan lokal yang mewarnai kehidupan sehari-hari, seperti ritus-ritus penghormatan Usi Neno, yang dianggap sebagai wujud tertinggi penguasa jagad raya, pencipta makhluk hidup sumber segala yang ada. Dalam hal berpakaian, tradisi kebudayaan asli juga masih mempengaruhi tata cara berpakaian, terutama dalam pakaian pesta adat atau upacara-upacara penting. Secara umum pakaian adat upacara Amarasi didominasi oleh kain-kain tenunan dalam teknik futus dan sotis yang dipadu dalam warna-warna putih, cokelat, biru, merah bata. Kain-kain tersebut kemudian dipadu dengan berbagai aksesoris di kepala, telinga, tangan dan pinggang. Sumber Selayang Pandang Nusa Tenggara Timur Gandes Cukat Permaty, S. Pd Pada dasarnya pakaian adat pria Amarasi sama dengan daerah lain di Nusa Tenggara Timur, yaitu kain penutup badan yang terdiri atas beti atau taimuti dan po'uk. Akan tetapi, pakaian pria Amarasi mempunyai cork yang khas, yaitu adanya dominasi warna-warna cokelat dengan bidang tengah berwarna putih di bagian bet. Kemudian, po'uk bercorak garis-garis memanjang yang dipadu dalam warna-warna jingga, merah bata, putih, dan biru. Di bagian kepala dikenakan pilu dari batik, sedangkan di bagian leher dikenakan kalung yang terbuat dari logam yang berhiaskan iteke, yaitu logam berukir berbentuk lingkaran. Sepertihalnya di daerah Nusa Tenggara Timur lainnya, pria Amarasi juga memakai kapisak atau aluk yang terbuat dari anyaman-anyaman daun atau kain persegi empat dengan corak geometris dan multi sebagai hiasannya. Oleh masyarakat setempat pakaian dan perhiasan dan perlengkapan pakaian tersebut dianggap dapat memberikan sifat keagungan, kejantanan serta kesucian bagi penyandangnya. Pakaian utama wanita Amarasi terdiri atas dua macam kain tenunan. Kain pertama adalah Tais dan Tarunat yang dipasang setinggi dada hingga mata kaki. Kain ini bercorak garis-garis sempit berwarna jingga, kuning, biru tua dan dipadukan dengan corak-corak ikat putih berlatar hitam/ biru tua. Sementara itu kain kedua berupa selempang yang terikat di depan dada berbentuk huruf V dengan kedua ujungnya terletak di kedua bahu bagian belakang. Di bagian kepala dikenakan seperangkat perhiasan. Rambut yang disanggul dihiasi dengan kili noni dan tusuk konde. Di dahi dikenakan pato eban yaitu hiasan logam berukir yang berbentuk bulan sabit. Kedua telinga dihiasi falo noni. Kemudian dikenakan pula kalung berbentuk bulat terbuat dari logam emas, perak, atau sepuhannya yang disebut dengan noni bena. Pergelangan tangan dihiasi dengan niti keke, sedangkan bagian pinggang dikenakan futi noni. Demikian pembahasan tentang "Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur Lengkap, Gambar dan Penjelasannya" yang dapat kami sampaikan. Artikel ini dikutip dari buku "Selayang Pandang Nusa Tenggara Timur Gandes Cukat Permaty, S. Pd". Baca juga artikel kebudayaan indonesia menarik lainnya di situs
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID c3aNS6KjPqLy6p_nsnhUPwRK2iV4kEIVBa593qy0TriB3CQM0ct06A==
pakaian adat sumba timur